oleh

Trauma Masa Kecil

Hampir 60% kekerasan terjadi di dalam rumah. Bahkan, 58,80% kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi dalam rumah tangga. Gambaran kasus tersebut menunjukkan bahwa pelaku kekerasan tertinggi justru berasal dari anggota keluarga sendiri. Tumbuh sebagai seorang anak yang mengalami dan/atau menyaksikan kekerasan bukan hal yang mudah. Apalagi, anak belum cukup piawai untuk memahami dan mengungkapkan apa yang ia alami dan rasakan. Apabila terus dibiarkan, tanpa mendapat penangan yang tepat, luka pada anak akan tumbuh semakin kuat seiring ia bertumbuh besar.

Trauma masa kecil yang bisa dialami anak antara lain, kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, penolakan fisik, penolakan emosional, dan menyaksikan kekerasan.

  1. kekerasan fisik seperti menendang, memukul, mencekik, mencambuk, atau tindakan lainnya yang melukai anak.
  2. kekerasan seksual, ketika seseorang yang lebih tua atau punya kuasa lebih daripada anak, melibatkan anak dalam tindakan seksual atau menjadikan anak sebagai tujuan seksual. Contoh kekerasan seksual adalah menunjukkan organ intim pada anak, melakukan kontak seksual dengan anak, prostitusi serta pornografi anak.
  3. kekerasan emosional, saat perilaku orang tua atau pengasuh membahayakan perkembangan mental dan sosial anak, juga berdampak besar pada sisi  emosional anak. Sebagai contoh, menolak, mengabaikan, merendahkan, menyalahkan, serta mengekang.
  4. penelantaran, apabila orang tua atau pengasuh tidak memberi pengasuhan, perhatian, pendampingan, afeksi serta dukungan untuk memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan anak mencakup kesehatan, keamanan dan kesejahteraan.

Dampak Kekerasan pada Anak 

Pelecehan dan penelantaran anak tidak hanya meninggalkan luka fisik dan emosional, tetapi juga menyebabkan trauma dan stres berkepanjangan. Kehadiran trauma turut berdampak pada kemampuan seseorang untuk bisa beradaptasi pada perubahan tidak biasa yang terjadi dalam hidupnya. Seorang anak yang mendapatkan kekerasan dari orang terdekat akan memandang dunia menjadi tidak nyaman dan tidak aman. Anak juga akan menganggap dirinya tidak berharga. Selain itu, anak memilih bersikap agresif untuk melindungi diri. Anak menilai bahwa kekerasan adalah jalan untuk menyelesaikan masalah. Kalau pun ia mengalami masalah, ia dapat memilih untuk melukai diri demi melupakan kesedihan.

Seiring tumbuh dewasa, anak yang pernah menyaksikan atau mengalami kekerasan akan turut merasakan efek negatif dari peristiwa tersebut seperti, kesulitan dalam menjalin relasi romantis, menampilkan perilaku berisiko (merokok, minum minuman keras, maupun menggunakan obat-obatan terlarang), serta melakukan kekerasan terhadap pasangan atau diperlakukan secara kasar oleh pasangan. Efek lainnya dari peristiwa kekerasan adalah trauma yang turut hadir dalam kehidupan. Trauma pada anak menjadi faktor risiko  masalah medis (serangan jantung, stroke, kanker, atau obesitas) serta  masalah kejiwaan (depresi, PTSD, dan lainnya).

Jika anda atau orang terdekat mengalami trauma yang sulit dilupakan, segeralah berkonsultasi dengan psikolog atau terapis untuk mendapatkan solusi dengan tepat. Anda bisa membuat janji dengan terapis di www.hipnoterapi.id  jika terkendala jarak dan waktu, anda juga bisa mengikuti sesi terapi secara online jarak jauh, untuk informasi lebih lanjut anda dapat menghubungi WhatsApp berikut https://wa.me/message/4MZ2JVSFY74JH1 

Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed